11.1.07

Obamadinedjat Dan Demokrasi Kita

Melihat Iran dengan cermin Indonesia, bahwa: sebegitu protektifnya suatu negara menahan memfilter bahkan melawan arus globalism untuk keberlangsungan, kemandirian jati diri negrinya, lagi-lagi kaum elit sering memaknai berbeda yang berujung dengan ricuh dan ketidakstabilan keamanan dimana ujung-ujungnya adalah perebutan kekuasaan demi keuntungan pribadi.   (Saya pernah tulis status ini  di Facebook dan diprotes mau di delete dari pertemanan, monggo )
Maka sekali lagi saya salut pada Obama dan Ahmadinedjat. Salut saat pidato yang tidak hanya mengandung nilai humanis universal tapi juga memiliki sisi strategis bagi kepentingan AS dan sekutunya utamanya negara-negara yang mendukung domain pengaruh kebijakan AS. Begitu juga sangat bangga saya melihat performent Cak Ahmadinejad yang gagah tidak kalah dahsyatnya didalam pidatonya mengandung muatan universal, spiritual dan strategis tentunya. Keduanya sama-sama tahu dan sadar resiko ketidak populisanya  akan berdampak menuai kritik keras dari lawan-lawan politik dengan kecaman baik dari dalam maupun luar negri masing-masing kedua negara tersebut.  Juga pasti decak kagum para penggemarnya. Termasuk saya.

Saya tidak ingin ngelantur ke wilayah kebijakan yang telah diambil sang super star tersebut maupun sisi-sisi heroik potensi personal keduanya, karena tentu akan memerlukan study dan penelitian biaya tinggi untuk menjadikan sebuah tulisan ilmiah akurat bisa dipertanggungjawabkan (sekaligus sekedar meniadakan pertanyaan siapa sich saya ini, kok sok-sok an bicara negara lain ?).

Yang pasti. Keduanya telah membuktikan dan memberi pembelajaran demokratis kepada dunia bahwa ; nilai-nilai demokrasi bertumbuh kembang tentu bila ia membawa dan memiliki spirit humanis, menjunjung hak-hak azazi rasa keadilan untuk menempati ruang yang sama, equety, dihadapan konsesnsus dan aturan main bersama.

Lihatlah pergerakan kebangkitan Boedi Oetomo melahirkan perjuangan revolusi bersama Soekarno-Hatta dkk, dilanjutkan dengan  buruk oleh Soeharto dalam memenej pergerakan itu, elit dan mahasiswa mewarisi estafeta  suasana itu sampai era-reformasi terjadi (?). Pendeknya,  lagi-lagi kaum terpelajar elit-lah yang memang sudah di thesis-kan sebagai generasi Change of Social Agent sebagai penentu perubahan sebuah negara. (Tentu bila Tuhan mau *)

Saya tidak tahu banyak tentang pergerakan AS dalam mem-presiden-kan Obama yang nampak aman-aman saja, tapi coba tengok dengan Iran yang beru saja berpesta rakyat memilih presidenya diakhiri dengan kericuhan yang cukup memprihatinkan. Keduanya jelas berbeda backround kesejarahan dan kulturnya. Tapi benang merah menjunjung nilai-nilai musyawarah nyaris sama meskipun berangkat dari landasan yang berbeda ideologi negaranya. Inilah yang menarik sesungguhnya. AS seolah mewakili domain pengaruh barat  yang senantiasa dipertentangkan dengan Iran yang kini sedang ditimang-timang sebagai domain kekuatan Islam yang lama dirindukannya oleh sebagian besar negara berpenduduk Islam.

Namun kenyataan lagi-lagi berbicara lain dimana ‘tuduhan’ intervensi barat terhadap pergerakan Iran dewasa ini dirasa oleh sebagian pengamat sebagai ‘benturan peradaban’ babak ahir pasca perang dingin antar komunism versus kapitalism berganti baju dengan neo-liberalism yang sedang mengawal kemenangan dunia barat. Pertanyaanya adalah; apakah pertentangan ini akan terus berlanjut merembet berpengaruh ke wilayah ‘otak kaum elit’  para penggerak negri ini ? Dimana sudah 70 orang profesor dianggap mewakili kaum elit  Iran ditangkapi setelah 430an demonstran juga di ciduk diantara 20an mayat yang tewas akibat kerusuhan itu.

Hari ini baru saya mengakui betapa rumitnya Indonesia menempatkan diplomasi ditengah-tengah arus global yang tentu bila tidak dimenej dengan cermat maka ‘virus-chaos’ itu tentu menjadi endemi bagi negri yang sedang berpesta demokrasi. Awas, transisi alih kepemimpinan nasional selalu saja meninggalkan ‘bopeng-bopeng’ yang menggerogoti jantung dan paru-paru kaum jelata. Setelah 183.000 caleg setres dalam pileg kemarin perlu diwaspadai agar tidak menyuburkan tumbuhnya endemi tersebut. Wallohu’alam bi Shawab